Untuk memperbaiki kata kerja pada kompetensi dasar hasil belajar , dan indicator hasil belajar dapat digunakan contoh-contoh kata kerja pada table di bawah ini. Kedalaman dna keluasan materi dapat digunakan untuk gradasi dan keseinambungan kompetensi.
Kamis, 24 Juli 2014
Jenis-jenis Penilaian Autentik
Penilaian autentik adalah suatu istilah/terminologi yang
diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang
memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan
tugas-tugas dan menyelesaikan masalah. Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan
dan keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di
dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah (Hymes, 1991). Dalam hal ini
adalah simulasi yang dapat mengekspresikan prestasi (performance) siswa yang ditemui di dalam praktik dunia nyata.
Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning)
Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat
Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be
defined as the learning that takes place when the student is not presented with
subject matter in the final form, but rather is required to organize it him
self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Ide dasar Bruner ialah
pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam
belajar di kelas.
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
- Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
- Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar,” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah model pembelajaran
yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan
berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan
model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran
Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun
2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima
pengalaman belajar pokok yaitu:
a.
mengamati;
b.
menanya;
c.
mengumpulkan informasi/eksperimen;
d.
mengasosiasikan/mengolah informasi; dan
e.
mengkomunikasikan.
Selasa, 22 Juli 2014
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah model pembelajaran
yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan
berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan
model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran
Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Melalui PjBL, proses inquiry
dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi)
dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik
dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus
berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang
sedang dikajinya. PjBLmerupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga
bagi atensi dan usaha peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing
peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis
Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta
didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang
bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga
bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki
karakteristik berikut ini
- Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
- Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.
- peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.
- Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.
- Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu.
- Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.
- Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
- Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan
Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai
fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang
optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Beberapa hambatan dalam implementasi
metode Pembelajaran Berbasis Proyek
antara lain berikut ini.
- Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
- Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.
- Banyak guru merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana guru memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi guru yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
- Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah
Untuk itu disarankan
menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik
lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan
pembagian tugas kelompok), lab tables
(saat mengerjakan tugas mandiri), circle
(presentasi). Atau buatlah suasana belajar bebas dan menyenangkan.
Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start
With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan
pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta
didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan
realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru
berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para
peserta didik.
Mendesain
Perencanaan Proyek (Design a Plan for the
Project)
Perencanaan dilakukan secara
kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian
peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian
proyek.
Menyusun
Jadwal (Create a Schedule)
Guru dan peserta didik secara
kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas
pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
(2) membuat deadline penyelesaian
proyek, (3) membawa peserta didik agar
merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat
cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk
membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
Memonitor
peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the
Students and the Progress of the Project)
Guru bertanggungjawab untuk
melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek.
Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses.
Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik.
Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam
keseluruhan aktivitas yang penting.
Menilai Hasil
(Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk
membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi
kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya.
Mengevaluasi
Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran,
pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil
proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu
maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan
proyek. Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu
temuan baru (new inquiry) untuk
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
Esensi Pendekatan Saintifik/ Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu
proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan
saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para
ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan
dengan penalaran deduktif (deductive reasoning).
Latar Belakang Perlunya Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk
mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut.
Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai
instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis,
bertanggung jawab.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan
langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis
pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu.
Minggu, 06 Juli 2014
Filsafat dan Berpikir
Dalam ilmu pengetahuan, eksistensi filsafat
mempunyai kedudukan sentral, asal atau pokok, karena filsafatlah yang mula-mula
merupakan satu-satunya usaha manusia di bidang kerohanian untuk mencapai
kebenaran atau pengetahuan. Lambat laun sesuai dengan sifatnya, manusia tidak
pernah merasa puas dengan meninjau suatu hal dari sudut yang umum, melainkan
juga memperlihatkan hal-hal yang khusus. Akhirnya kemudian timbullah
penyelidikan mengenai hal-hal yang khusus yang sebelumnya masuk lingkungan
filsafat. Jika penyelidikan ini telah mencapai tingkat yang tinggi, maka cabang
penyelidikan itu melepaskan diri dari filsafat sebagai cabang ilmu pengetahuan
yang berdiri sendiri.
Penalaran Sebagai Dasar Pemahaman Filsafat
Filsafat timbul karena adanya keheranan. Manusia adalah
salah satu makhluk dapat mengalami keheranan. Siapa yang heran tentu ada yang
diherankan. Ada subjek yang heran dan ada objek yang diherankan. Keduanya
saling berhadapan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Manusia
mungkin heran tentang keadaan yang ada disekitarnya. Ia dapat meluaskan
keherannnya meliputi semua kenyataan, bahkan dapat memasukkan dirinya sendiri
ke dalam keheranan itu. Manusia dapat berdialog dengan dirinya sendiri,
menjadikan dirinya sebagai objek keheranan, pertanyaan, atau pemikiran.
Masalah Pengajaran dan Masalah Pengelolaan Kelas
Dalam menangani tugasnya, guru-guru
sering menghadapi permasalahan dengan kegiatan-kegiatan di dalam
kelasnva. Permasalahan ini meliputi dua jenis juga, yaitu yang menyangkut pengajaran dan yang menyangkut pengelolaan kelas. Guru-guru harus mampu
membedakan kedua permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat.
Amat sering terjadi guru-guru menangani masalah yang bersifat pengajaran
dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan,
dan sebaliknya. Misalnya, seorang guru berusaha membuat
penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang sering tidak masuk menjadi lebih
tertarik untuk menehadiri pelajaran itu. padahal siswa tersebut tidak senang
berada di kelas itu karena dia merasa
tidak diterima oleh kawan-kawannya.
Defenisi Pengelolaan Kelas
Ada lima definisi tentang pengelolaan
kelas. Definisi pertama memandang bahwa pengelolaan
kelas sebagai proses uhtuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat
otoritatif. Dalam kattan ini tugas guru ialah menciptakan dan memelihara ketertiban
suasana kelas. Penggunaan disiplin amat diutamakan. Menurut pandangan ini istilali pengelolaan
kelas dan disiplin kelas dipakai sebagai sinonim. Secara lebih khusus, definisi
pertama ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan ketertiban suasana kelas