Selasa, 03 Desember 2013

Kritik Sastra, Kritik Penghakiman dan Kajiannya Novel Memory In Sorong


Setelah membaca novel  Memory in Sorong, novel tersebut adalah karya sastra yang sangat sederhana, hanya menceritakan kehidupan penulis yaitu Ajeng (Pudji Isdriani K) anak seorang tentara dan  merupakan putro priyayi. Penulisan dalam novel tersebut juga sangat identik dengan kalimat-kalimat jurnalistik disebabkan karena Ajeng adalah seorang reporter TV Senada Jakarta.
Plot yang ada dalam cerita tidak begitu seru dan menghebohkan dikarenakan alur cerita terkadang meju mundur. Hanya bagian awal cerita, pembaca akan bertanya-tanya apakah yang akan terjadi di Sorong nantinya, setelah membaca sampai seperdua buku maka pertanyaan  itu sudah ada jawabannya. Dalam novel tersebut juga hanya membahas cinta dan keindahan alam di Kota Sorong, selebihnya hanyalah peristiwa biasa yang hampir kita temui dalam lingkungan sekitar kita.

Penulis juga kurang jeli terhadap hasil tulisannya karena terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan sehingga pembaca akan langsung menilai kekuragan novel tersebut. Jumlah halaman hanya 182 lembar yang mengisahkan Ajeng dari yang umur sekitar 4 tahunan sampai umur 31 tahun, seperti yang ditulis di atas, novel tersebut tidak memiliki klimaks bacaan yang sesungguhnya, sehingga pembaca hanya akan merasa bahwa novel tersebut hanyalah kisah balada seseorang dari jawa yang dengan bangganya ingin diketahui oleh khalayak ramai.
Gaya penceritaan sangat kurang menarik, alur yang maju mundur membuat bosan pembacanya karena terkadang cerita yang sama akan kembali diceritakan pada halaman berikutnya: Ajeng tidak pernah memikirkan tentang perkawinan, tentang kecantikannya yang sudah tersebar luas, tentang dirinya yang berprofesi reporter televisi.
Inti cerita dikaitkan dengan judul hanya satu bab saja, selebihnya hanya menceritakan kehidupan di Jawa dengan persoalan yang dibawa dari Sorong. Novel ini pun gagal membawa pembaca larut dalam suasana Sorong yang sebenarnya, hal itu disebabkan tidak menceritakan secara detail tentang alam yang ada disana, situasi konflik antara suku asli dan pendatang yang menyebabkan kekacauan di Sorong. Ditambah akhir cerita yang seakan-akan mirip dengan penyelesaian film-film india di televisi yaitu penjahat ditangkap polisi dan pemeran utama selamat.
Penceritaan tokoh yang banyak menggunakan kata aku memperjelas bahwa Ajeng adalah nama samaran dari penulis tersebut. Meskipun dia berusaha menyembunyikan identitas penulis, tetapi dalam novel tersebut lembar demi lembar menceritakan kehidupan asli penulis.


 KAJIAN ANALITIK STRUKTURA  NOVEL MEMORY IN SORONG KARYA PUDJI ISDRIANI K

A.     Tokoh dan Penokohan dalam Novel Memory in Sorong
Tokoh yang ada dalam novel adalah: Ajeng, Ibu Ajeng, Ayah Ajeng (Kapten Himawan Suseno), David, Anneke,  Lisa, tokoh sentral yang ada dalam novel adalah Ajeng. Dalam setiap halaman Ajeng adalah pelaku dari semua kegiatan dalam ceritra. Tokoh  yang terlibat dalam novel merupakan pelengkap dari balada Ajeng.
Pelukisan watak tokoh:
1.      Ajeng
Ajeng merupakan wanita karir yang mengutamakan pekerjaan dibandingkan dengan berkeluarga, sehingga umur 31 tahun ajeng tidak pernah memikirkan tentang pernikahan. Terbukti penuturan Ajeng berikut ini:
Penuturan pertama:
“Kamu tidak adil Ajeng, saya hanya ingin dekat denganmu, tetapi tanpa alasan yang tepat kamu menolak!”
“pokoknya saya tidak mau dekat kamu, titik!”
“Apa alasannya?”
“Kamu tidak perlu tahu. Itu adalah rahasiaku.”
Penuturan kedua:
“Susah ngomong sama reporter, ngak bakal menang. terserah ah, yang penting kamu jangan sampai tidak menikah hanya karena mengejar karier. Bagaimanapun juga kodrat kita sebagai perempuan itu melahirkan dan punya keturunan. Jangan lupa itu , Jeng.”
“Ya Mbak terima kasih atas nasehatnya. Jangan khawatir, Ajeng pasti menikah. Tinggal tunggu waktu aja.”
Dengan penuturan diatas sudah dapat diketahui bahwa Ajeng adalah sosok perempuan pekerja keras.
2.      Ibu Ajeng
Ibu Ajeng tokoh bawahan dari cerita Ajeng yang membuat ceritra lebih menarik. Tokoh Ibu Ajeng memiliki watak pemaaf terbukti dengan penuturan dibawah ini:
“Saat kamu masih kecil, ibu memang merasa hancur dan menderita. Namun setelah ayahmu bercerita dengan jujur, ibu memaafkannya.”
3.      Ayah Ajeng (Kapten Himawan Suseno)
Watak tokoh ini adalah sangat mencintai keluarganya dapat dilihat dari semua isi diary menuliskan tentang kerinduannya terhadap anak dan istrinya.
4.      David
David adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab sebagai kepala bank  terbukti ketika kerusushan di Sorong dia tetap bertahan di kantor.
5.      Anneke
Anneke sosok perempuan yang setia, meskipun ia hanya nikah sirih dengan ayah Ajeng di tetap tidak akan menikah lagi meskipun kebutuhan seksualnya hanya sekali dalam 20 tahunan.
6.      Lisa
 

B.     Latar Novel Memory In Sorong
Latar tempat adalah di Sorong  jalan  Arfak Atas dan di Jakarta di daerah pasar minggu. Sementara latar waktunya adalah masa lalu dan sekarang (sesuai dengan judul Memory in Sorong)

C.     Tema  Novel Memory In Sorong

Dapat terlihat jelas dari alur cerita novel tersebut  Ajeng ingin memperjelas ketidak harmonisan keluarga yang yang dicintainya.


KAJIAN SOSIOLOGI  NOVEL MEMORY IN SORONG KARYA PUDJI ISDRIANI K
            Pekerjaan yang digeluti Ajeng merupakan sebuah pekerjaan yang melibatkan sebuah berita hangat yang akan di sajikan dalam sebuah siaran sehingga para pemirsa dapat mengetahui tentang asal muasal sebuah peristiwa. Keindahan Sorong yang terletak di Pulau Matan, nepotisme dan penculikan yang terjadi di sekolah unggulan, penikaman yang berbuntut kerusuhan merupakan kejadian social yang melibatkan pengarang dalam pekerjaannya dan sering kita temui di lingkungan sekitar kita.

KAJIAN FIKSI BERDASARKAN PENDEKATAN RESEPSI
Tanggapan saya tentang novel tersebut adalah sebuah karya sastra yang menceritakan lika-liku kehidupan penulis  yang mungkin setiap ceritanya pasti ada yang pernah mengalami, sehingga dengan demikian pembaca akan merasa cepat bosan atau bahkan tidak akan menghabiskan bacaannya.

PENGKAJIAN FIKSI BERDASARKAN SUBJEKTIFITAS DALAM KARYA SASTRA
Dalam novel Memory in Sorong pengarang menggunakan gaya bercerita sebagai orang pertama (aku). Dilihat  dari judul novel tersebut subjektifitasnya pun juga akan muncul dalam pikiran dikarenakan pembaca pasti akan menebak bahwa penulis akan menceritakan kisahnya selama ada di Sorong.

PENGJAKIAN NILAI DISTANSI ESTETIS
Dalam novel tersebut hanya  satu tokoh saja yang sering muncul yaitu ajeng dalam perjalanan hidupnya, dimana masalah keluarganya yang berantakan dikarenakan bapaknya seorang tentara dan bertugas di sorong yang pada akhirnya menikah disana dan memiliki anak bernama lisa yang di rahasiakan selama kurang lebih 20 tahun. Keinginan Ajeng untuk ke sorong tercapai setelah kantornya mengutus Ajeng untuk ke sorong meliput berita. Dalam cerita tersebut terdapat permasalahan-permasalahan tetapi penyelesaiannya seakan di serahkan kepada waktu saja.

PENGKAJIAN FIKSI BERDASARKAN UNSUR EKSPRESI DAN PERSUASIF
Dalam novel, hanya menceritakan  keluarganya  saja dan orang-orang yang pernah terlibat dalam keluarganya yaitu Ajeng, dimana di dalamnya juga sudah bercerita buah pikiran, perasaan, pengalaman. Ajeng sangat mudah diingat dikarenakan setiap hari muncul di televisi dan merupakan reporter terbaik saat itu. 

PENGKAJIAN FIKSI BERDASARKAN MORAL
1.      Tanggung Jawab
Ajeng adalah gadis yang bertanggung jawab dalam profesinya, meskipun berbagai macam rintangan dan alangan dia tetap meliput berita sesuai dengan tugasnya yang harus memberikan berita hangat kepada pemirsanya. Terbukti dia meliput kerusuhan di sorong dan mewawancarai pelaku pembunuhan yang bisa-bisa membahayakan nyawanya.
2.      Penyayang dan penuh rasa kasih
Ajeng sangat menyayangi ibundanya yang dipoligami oleh ayahnya, sehingga dia mencari ibu tirinya untuk memperjelas penyebab keretakan keluarganya dengan maksud mengurangi air mata ibundanya dikala mengingat kepedihan akibat dikhianati suami.

PENGKAJIAN FIKSI BERDASARKAN HERMENEUTIK
1.      Kasih Sayang
Novel Memory in Sorong adalah novel yang penuh dengan kasih sayang, baik itu antara orang tua kepada anak, anak kepada orang tua, serta kepada saudara dan teman. Itu semua terjadi karena Ajeng yang didik dengan kesederhanan dan disiplin yang tinggi dari orang tua yang berlatar belakang militer serta memiliki sifat sosial yang tinggi.



PENGKAJIAN FIKSI BERDASARKAN SIMBOL
1.      Penulis menggunakan nama Ajeng dalam novelnya yang berarti anak perempuan yang berdarah biru atau keturunan bangsawan, dimana tatakrama harus dijunjung tinggi oleh Ajeng. Sangat jelas dalam novel, Ajeng sangat hormat kepada yang lebih tua dan menghargai teman-temannya yang lebih muda, serta membatasi canda-canda yang berlebihan serta memperlihatkan hati yang tegar meskipun dia terpojokkan.
2.      Suka makan ceker dan sayap ayam yang berarti kelak ketika dewasa pintar mencari uang dan akan pergi kemana-mana.


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarnya dulu sebelum ditutup ya