Setelah
membaca novel Memory in Sorong, novel
tersebut adalah karya sastra yang sangat sederhana, hanya menceritakan
kehidupan penulis yaitu Ajeng (Pudji Isdriani K) anak seorang tentara dan merupakan putro priyayi. Penulisan dalam
novel tersebut juga sangat identik dengan kalimat-kalimat jurnalistik
disebabkan karena Ajeng adalah seorang reporter TV Senada Jakarta.
Plot
yang ada dalam cerita tidak begitu seru dan menghebohkan dikarenakan alur
cerita terkadang meju mundur. Hanya bagian awal cerita, pembaca akan
bertanya-tanya apakah yang akan terjadi di Sorong nantinya, setelah membaca
sampai seperdua buku maka pertanyaan itu
sudah ada jawabannya. Dalam novel tersebut juga hanya membahas cinta dan
keindahan alam di Kota Sorong, selebihnya hanyalah peristiwa biasa yang hampir
kita temui dalam lingkungan sekitar kita.
Penulis
juga kurang jeli terhadap hasil tulisannya karena terdapat beberapa kesalahan
dalam penulisan sehingga pembaca akan langsung menilai kekuragan novel
tersebut. Jumlah halaman hanya 182 lembar yang mengisahkan Ajeng dari yang umur
sekitar 4 tahunan sampai umur 31 tahun, seperti yang ditulis di atas, novel
tersebut tidak memiliki klimaks bacaan yang sesungguhnya, sehingga pembaca
hanya akan merasa bahwa novel tersebut hanyalah kisah balada seseorang dari
jawa yang dengan bangganya ingin diketahui oleh khalayak ramai.
Gaya
penceritaan sangat kurang menarik, alur yang maju mundur membuat bosan
pembacanya karena terkadang cerita yang sama akan kembali diceritakan pada
halaman berikutnya: Ajeng tidak pernah memikirkan tentang perkawinan, tentang
kecantikannya yang sudah tersebar luas, tentang dirinya yang berprofesi
reporter televisi.
Inti
cerita dikaitkan dengan judul hanya satu bab saja, selebihnya hanya
menceritakan kehidupan di Jawa dengan persoalan yang dibawa dari Sorong. Novel
ini pun gagal membawa pembaca larut dalam suasana Sorong yang sebenarnya, hal
itu disebabkan tidak menceritakan secara detail tentang alam yang ada disana,
situasi konflik antara suku asli dan pendatang yang menyebabkan kekacauan di
Sorong. Ditambah akhir cerita yang seakan-akan mirip dengan penyelesaian film-film
india di televisi yaitu penjahat ditangkap polisi dan pemeran utama selamat.
Penceritaan
tokoh yang banyak menggunakan kata aku memperjelas bahwa Ajeng adalah nama
samaran dari penulis tersebut. Meskipun dia berusaha menyembunyikan identitas
penulis, tetapi dalam novel tersebut lembar demi lembar menceritakan kehidupan
asli penulis.
KAJIAN ANALITIK
STRUKTURA NOVEL MEMORY IN SORONG KARYA PUDJI
ISDRIANI K
A.
Tokoh dan Penokohan dalam Novel
Memory in Sorong
Tokoh
yang ada dalam novel adalah: Ajeng, Ibu Ajeng, Ayah Ajeng (Kapten Himawan
Suseno), David, Anneke, Lisa, tokoh
sentral yang ada dalam novel adalah Ajeng. Dalam setiap halaman Ajeng adalah
pelaku dari semua kegiatan dalam ceritra. Tokoh
yang terlibat dalam novel merupakan pelengkap dari balada Ajeng.
Pelukisan
watak tokoh:
1.
Ajeng
Ajeng merupakan wanita
karir yang mengutamakan pekerjaan dibandingkan dengan berkeluarga, sehingga
umur 31 tahun ajeng tidak pernah memikirkan tentang pernikahan. Terbukti
penuturan Ajeng berikut ini:
Penuturan pertama:
“Kamu tidak adil Ajeng,
saya hanya ingin dekat denganmu, tetapi tanpa alasan yang tepat kamu menolak!”
“pokoknya saya tidak mau
dekat kamu, titik!”
“Apa alasannya?”
“Kamu tidak perlu tahu. Itu
adalah rahasiaku.”
Penuturan kedua:
“Susah ngomong sama
reporter, ngak bakal menang. terserah ah, yang penting kamu jangan sampai tidak
menikah hanya karena mengejar karier. Bagaimanapun juga kodrat kita sebagai
perempuan itu melahirkan dan punya keturunan. Jangan lupa itu , Jeng.”
“Ya Mbak terima kasih atas
nasehatnya. Jangan khawatir, Ajeng pasti menikah. Tinggal tunggu waktu aja.”
Dengan penuturan diatas
sudah dapat diketahui bahwa Ajeng adalah sosok perempuan pekerja keras.
2.
Ibu Ajeng
Ibu Ajeng tokoh bawahan
dari cerita Ajeng yang membuat ceritra lebih menarik. Tokoh Ibu Ajeng memiliki
watak pemaaf terbukti dengan penuturan dibawah ini:
“Saat kamu masih kecil, ibu
memang merasa hancur dan menderita. Namun setelah ayahmu bercerita dengan
jujur, ibu memaafkannya.”
3.
Ayah Ajeng (Kapten Himawan
Suseno)
Watak tokoh ini adalah
sangat mencintai keluarganya dapat dilihat dari semua isi diary menuliskan
tentang kerinduannya terhadap anak dan istrinya.
4.
David
David adalah seorang
laki-laki yang bertanggung jawab sebagai kepala bank terbukti ketika kerusushan di Sorong dia
tetap bertahan di kantor.
5.
Anneke
Anneke sosok perempuan yang
setia, meskipun ia hanya nikah sirih dengan ayah Ajeng di tetap tidak akan
menikah lagi meskipun kebutuhan seksualnya hanya sekali dalam 20 tahunan.
6.
Lisa
B.
Latar Novel Memory In Sorong
Latar
tempat adalah di Sorong jalan Arfak Atas dan di Jakarta di daerah pasar
minggu. Sementara latar waktunya adalah masa lalu dan sekarang (sesuai dengan
judul Memory in Sorong)
C.
Tema Novel Memory In Sorong
Dapat
terlihat jelas dari alur cerita novel tersebut
Ajeng ingin memperjelas ketidak harmonisan keluarga yang yang
dicintainya.
KAJIAN SOSIOLOGI NOVEL MEMORY IN SORONG KARYA PUDJI ISDRIANI K
Pekerjaan yang digeluti Ajeng
merupakan sebuah pekerjaan yang melibatkan sebuah berita hangat yang akan di
sajikan dalam sebuah siaran sehingga para pemirsa dapat mengetahui tentang asal
muasal sebuah peristiwa. Keindahan Sorong yang terletak di Pulau Matan,
nepotisme dan penculikan yang terjadi di sekolah unggulan, penikaman yang
berbuntut kerusuhan merupakan kejadian social yang melibatkan pengarang dalam
pekerjaannya dan sering kita temui di lingkungan sekitar kita.
KAJIAN FIKSI BERDASARKAN
PENDEKATAN RESEPSI
Tanggapan
saya tentang novel tersebut adalah sebuah karya sastra yang menceritakan
lika-liku kehidupan penulis yang mungkin
setiap ceritanya pasti ada yang pernah mengalami, sehingga dengan demikian
pembaca akan merasa cepat bosan atau bahkan tidak akan menghabiskan bacaannya.
PENGKAJIAN
FIKSI BERDASARKAN SUBJEKTIFITAS DALAM KARYA SASTRA
Dalam novel Memory in Sorong
pengarang menggunakan gaya bercerita sebagai orang pertama (aku). Dilihat dari judul novel tersebut subjektifitasnya
pun juga akan muncul dalam pikiran dikarenakan pembaca pasti akan menebak bahwa
penulis akan menceritakan kisahnya selama ada di Sorong.
PENGJAKIAN NILAI DISTANSI ESTETIS
Dalam novel tersebut hanya satu tokoh saja yang sering muncul yaitu ajeng
dalam perjalanan hidupnya, dimana masalah keluarganya yang berantakan
dikarenakan bapaknya seorang tentara dan bertugas di sorong yang pada akhirnya
menikah disana dan memiliki anak bernama lisa yang di rahasiakan selama kurang
lebih 20 tahun. Keinginan Ajeng untuk ke sorong tercapai setelah kantornya
mengutus Ajeng untuk ke sorong meliput berita. Dalam cerita tersebut terdapat
permasalahan-permasalahan tetapi penyelesaiannya seakan di serahkan kepada
waktu saja.
PENGKAJIAN FIKSI BERDASARKAN
UNSUR EKSPRESI DAN PERSUASIF
Dalam novel, hanya
menceritakan keluarganya saja dan orang-orang yang pernah terlibat
dalam keluarganya yaitu Ajeng, dimana di dalamnya juga sudah bercerita buah
pikiran, perasaan, pengalaman. Ajeng sangat mudah diingat dikarenakan setiap
hari muncul di televisi dan merupakan reporter terbaik saat itu.
PENGKAJIAN FIKSI BERDASARKAN
MORAL
1.
Tanggung
Jawab
Ajeng adalah gadis yang
bertanggung jawab dalam profesinya, meskipun berbagai macam rintangan dan
alangan dia tetap meliput berita sesuai dengan tugasnya yang harus memberikan
berita hangat kepada pemirsanya. Terbukti dia meliput kerusuhan di sorong dan
mewawancarai pelaku pembunuhan yang bisa-bisa membahayakan nyawanya.
2.
Penyayang
dan penuh rasa kasih
Ajeng sangat menyayangi ibundanya
yang dipoligami oleh ayahnya, sehingga dia mencari ibu tirinya untuk
memperjelas penyebab keretakan keluarganya dengan maksud mengurangi air mata
ibundanya dikala mengingat kepedihan akibat dikhianati suami.
PENGKAJIAN FIKSI BERDASARKAN
HERMENEUTIK
1.
Kasih
Sayang
Novel Memory in Sorong adalah
novel yang penuh dengan kasih sayang, baik itu antara orang tua kepada anak,
anak kepada orang tua, serta kepada saudara dan teman. Itu semua terjadi karena
Ajeng yang didik dengan kesederhanan dan disiplin yang tinggi dari orang tua
yang berlatar belakang militer serta memiliki sifat sosial yang tinggi.
PENGKAJIAN FIKSI BERDASARKAN
SIMBOL
1.
Penulis
menggunakan nama Ajeng dalam novelnya yang berarti anak perempuan yang berdarah
biru atau keturunan bangsawan, dimana tatakrama harus dijunjung tinggi oleh
Ajeng. Sangat jelas dalam novel, Ajeng sangat hormat kepada yang lebih tua dan
menghargai teman-temannya yang lebih muda, serta membatasi canda-canda yang
berlebihan serta memperlihatkan hati yang tegar meskipun dia terpojokkan.
2.
Suka
makan ceker dan sayap ayam yang berarti kelak ketika dewasa pintar mencari uang
dan akan pergi kemana-mana.